Rabu, 26 Agustus 2015

sayang, masih kah kita memiliki tujuan yang sama?

Jarak bukan lagi musuh terbesarku, justru kini jarak menjadi teman akrabku.


Dari awal kamu sudah mengatakan bahwa kita berbeda. Kita tak seperti pasangan yang setiap kali bisa berdua. Ketika aku memilihmu menjadi “teman perjalanan”, aku harus mengambil resiko untuk (sering) tak bisa bersama. Awalnya ini sulit untuk aku lakukan. Namun pada akhirnya, jarak telah aku kalahkan. Jarak yang dulunya menjadi momok bagi ku, kini telah menjelma menjadi teman. Memang harus aku akui, jarak bukan lagi jurang pemisah, jarak itu jembatan. Media yang membantu kita untuk tetap menjalin hubungan.

Sayang, aku tak perlu menjelaskan lagi bukan? Dalam hal menunggu, aku tak terkalahkan.


Kita bukan pasangan yang baru saja jatuh cinta. Ribuan hari sudah kita lewati bersama. Tak hanya hari-hari penuh kesenangan, tapi juga pertengkaran yang membuat kita semakin dewasa. Seperti yang pernah aku katakan padamu sebelumnya, antara kita memang harus ada yang berlari meraih mimpi, sedang yang lain harus sabar menunggu dan mengatur langkah kaki. Sudah ku putusan, kamu lah yang akan berlari dan aku yang menanti. Mungkin kamu bertanya kenapa aku tak juga ikut berlari. Maka, ku katakan padamu, “ Ini waktu mu berlari, meraih mimpi. Dan nanti ketika sudah waktu mu berhenti, aku akan menjadi tempatmu pulang kembali. Kemudian, bergantian aku yang lari. Dengan mu ada disisi.”

Harusnya kamu tak lagi ragu. Hampir dua tahun aku menemani perjuanganmu dan menunggu. Selain menggerutu, menunggu adalah keahlian terbaikku. Jadi, apa kamu masih sangsi pada keseriusanku?

Bukankah selama ini kita berjuang untuk sebuah penyatuan sakral bernama pernikahan?

Sudah tak terhitung lagi berapa banyak masalah yang menerpa. Tak ayal membuat semua itu membuat kita terjatuh hingga ingin menyerah. Bersyukur semua bisa kita atasi bersama tanpa ada yang merasa terluka.

Hubungan kita bukan tak berarah. Semakin lama bersama, justru membuat kita yakin kemana ini akan mengarah. Seperti halnya pohon yang semakin tinggi semakin kencang angin yang menerpa. Begitu juga kita, semakin lama bersama semakin banyak pula kita dihadang masalah. Tapi aku, tak akan pernah kenal kata menyerah.


Memang tak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Hubungan ini semakin tak ku mengerti. Aku selalu berjuang berulang kali, lalu apa kamu disana juga memperjuangkan ku tanpa henti?

Sayang, apa kita masih ada harapan? Aku ingin kita segera berlabuh menuju penyatuan sakral bernama pernikahan. Mungkin aku terlalu sedikit memaksakan. Tapi, karena itu lah selama ini kita berjuang, bukan?