Sabtu, 31 Oktober 2015

selamat jalan, tria yuliana nabilah.


semua yang hidup pasti akan mati, semua yang datang pasti akan kembali. semua itu adalah hal yang pasti terjadi dalam hidup ini, tapi terkadang, ada beberapa kepergian yang membuat kita tidak percaya sambil bertanya "kenapa harus secepat ini?" jawaban terbaik dari pertanyaan itupun hanya satu, iya, karena allah lebih sayang dia dari pada kita.

hari ini, tanggal 31 oktober 2015. sekali lagi, gue kehilangan seseorang yang sangat berarti di hidup gue, seseorang yang selalu dipenuhi dengan senyuman, seseorang yang memiliki tawa khas dengan tubuh gendutnya yang semakin membuatnya memiliki ciri khas tersendiri. Tria Yuliana Nabilah, iya, nama yang sederhana namun mampu memberikan kenangan luar biasa pada orang-orang terdekatnya. sosok yang ceria, sosok yang mampu memberikan sejuta senyuman dengan tingkah laku khasnya, sosok yang sangat berkesan dimata semua orang dekatnya.

bel, jaga diri baik-baik ya, jangan lupa cerita gimana indahnya surga ke gue. beberapa hari lalu, waktu kita ngobrol-ngobrol, gue janji, kalo bela sembuh, gue bakal ngulangin semua hal-hal indah yang pernah kita lakuin. beberapa hari lalu juga bela pernah bilang kan, kalo sembuh mau makan steak moen-moen bareng, mau jalan-jalan ke purwokerto lagi, mau ngumpul sama temen-temen smp lagi, ngobrol bareng sama temen-temen sma lagi, mau banyak hal yang dilakuin lagi.

bela sehat ya bel, semangat lawan sakitnya, jangan mau kalah sama penyakit, cepet sembuh, cepet sehat, kita sayang bela. iya, hanya itu yang bisa kita ucapkan beberapa hari lalu, saat bela masih bisa merespon pembicaraan kita, saat bela masih kuat berjuang melawan sakit yang bela rasakan. saat itu kita semua tidak tau dan belum diberitahu sakit apa yang selama ini bela rasakan, karna diagnosis dokter selama beberapa minggu selalu menyatakan negatif pada setiap tes penyakit yang mereka periksa, entah, siapa yang harus disalahkan, pihak rumah sakit kah, atau kita semua yang selama ini terlambat mengetahui tanda-tanda sakit yang bela alami.

dua minggu terbaring dirumah sakit, dua minggu pula dokter hanya memberikan keluarga ketidakpastian dari penyakit apa yang bela alami. sampai akhirnya ada salah satu lembaga kesehatan yang melakukan tes anti-DNA pada bela, lima hari yang lalu, tes itu dilakukan, kemudian kami disuruh menunggu oleh pihak rumah sakit. dua hari kemudian, entah karena bosan, jenuh atau bahkan ada hal lain yang mengganggu bela, sampai akhirnya kita memulangkan bela kembali kerumah, karena keadaan bela yang dilihat mulai ada perubahan dan membaik, jadi pihak keluarga berani membawa bela pulang kerumah.

hari pertama dirumah, bela terlihat lebih segar dan bahagia. sambil menunggu hasil tes anti-DNA yang belum kunjung keluar, bela dirawat bersama oleh keluarga layaknya suster dan dokter pada sebuah rumah sakit besar. percakapan canda yang mampu membuatnya sedikit terhibur sangat amat dibutuhkan saat itu.

hari kedua dirumah, bela yang tadinya terlihat segar, berubah drastis, tiba-tiba bela mengalami demam tinggi kembali seperti saat dirumah sakit, halusinasi dari deman yang membuatnya berbicara aneh dan ngelantur, kami menghubungi pihak lembaga yang tidak kunjung memberikan hasik tes kepada keluarga.

kamis, 29 oktober 2015.
karena keadaan bela yang kembali memburuk, pihak keluarga kembali membawanya ke sebuah rumah sakit polri di daerah kramat jati. saat itu juga, hasil tes anti-DNA turun. telat sekali, sangat telat sekali. dokter membacakan hasil tes tersebut, bela positif terkena SLE, penyakit langka yang disebabkan oleh virus, kelebihan imun tubuh, yang membuat imun tersebut over dan akhirnya merusak organ-organ vital pada tubuh penderitanya. dan, yang membuat keluarga menyesal adalah, kita telat mengetahui tanda-tanda yang dialami bela, saat ini, bela sudah masuk kedalam kategori parah, yang harus membuatnya ditempatkan pada ruang ICCU. hari ini, bela masih sadar, masih bisa merespon seutuhnya, sampai akhirnya pihak rumah sakit memasang dan memasukan banyak alat pada tubuhnya, om, tante, ibu, bapa, tolongin ini, sakit tante, sakit om, sakit bu, sakit pa. tolongin, sakit. ucap bela saat itu, saat tubuhnya mulai dipenuhi alat-alat yang entah membantu atau bahkan menyakiti hidupnya.

jum'at, 30 oktober 2015.
keadaan bela semakin memburuk, bela sudah mulai tidak merespon apa yang dikatakan orang didekatnya. alhamdulillah, semua kerabat dekat dan saudara masih bisa bertemu bela pada keadaan yang seperti ini. semua hanya bisa berdoa, semangat yang selama ini selalu kita ucapkan sudah tidak berlaku dalam kondisinya yang seperti ini, siapa yang tau, siapa yang sangka, siapa yang percaya, sosok yang sebelumnya ceria, kini hanya terkapar dikasur rumah sakit dengan berbagai alat yang tertempel pada tubuhnya, sosok yang sebelumnya tersenyum selalu, kini sedang berjuang melawan dan menahan sakit yang dideritanya.

sabtu, 31 oktober 2015.
malam yang panjang bagi bela, malam perjuangan terhebat bela melawan penyakitnya, sampai akhirnya pagi ini, pukul 04:19 bela dipanggil oleh Allah, semua menangis, semua dipaksa ikhlas, semua masih tidak percaya, tapi, akhirnya semua mengerti bahwa ini adalah jalan terbaik yang Allah kasih untuk semua. Allah sayang sama bela, Allah mau bela bikin kita semua tersenyum karna kenangan indah bela, bukan terus menerus menangis melihat bela melawan penyakit yang bela derita.

bel, makasih buat semua kenangan indah yang udah bela kasih ke kita, maaf kalo kita ada salah, maaf kalo kita suka bentak bela, bilang capek kalo bela rewel, maksa bela diem dikursi roda pas bela ngajak ke taman karna jenuh sama keadan rumah sakit.
bel, jangan lupa makan sama minum ya disana, jangan tidur malem-malem, jaga kesehatan terus ya bel.
bel, makasih udah nemenin gue dari masih kecil banget sampe udah segede gini, walaupun masih jauh gedean bela tapi tetep, gue udah gede.
bel, jaga diri baik-baik ya disana, jangan lupa ceritain gimana indahnya surga ke gue, oh ya, kita semua abis ngadain tahilan nih buat doain bela disana. bela yang tenang yah, bela yang kuat. tunggu gue ya bel, jagain gue dari jauh, perhatiin gue terus, jangan lupa sama gue, dan yang terpenting dan terhebat, akhirnya gue yakin dan tau kalo gue sayang banget sama elo bel, sayang banget.

innalillahi wainaillaihiroojiun, selamat jalan, Tria Yuliana Nabilah;'))))

Senin, 28 September 2015

BRUNO MARS - WHEN I WAS YOUR MAN ;')

When i was your man
Saat Aku Jadi Kekasihmu

Same bed but it feels just a little bit bigger now
Kasur yang sama tetapi terasa sedikit lebih besar sekarang
Our song on the radio but it don't sound the same
Lagu kita di radio tapi tak terdengar sama
When our friends talk about you, all it does is just tear me down
Saat teman kita membicarakanmu,itu hanya mencabikku
'Cause my heart breaks a little when I hear your name
Karna hatiku sedikit sakit saat mendengar namamu

It all just sounds like
Itu semua terdengar seperti
Too young, too dumb to realize
Terlalu muda, terlalu bodoh untuk sadar
That I should've bought you flowers
Bahwa ku seharusnya bawakan kau bunga
And held your hand
Dan menggenggam tanganmu
Should've gave you all my hours
Seharusnya berikan kau semua waktuku
When I had the chance
Saat masih ada kesempatan
Take you to every party
Mengajakmu ke setiap pesta
'Cause all you wanted to do was dance
Karena yang kau inginkan hanyalahberdansa
Now my baby's dancing
Sekarang kekasihku berdansa
But she's dancing with another man
Tapi berdansa dengan orang lain

My pride, my ego, my needs, and my selfish ways
Harga diriku, egoku, kebutuhkanku, dan caraku yang egois
Caused a good strong woman like you to walk out my life
Buat wanita baik dan tegar sepertimu hilang dari hidupku
Now I never, never get to clean up the mess I made
Sekarang aku tak pernah, tak pernah membereskan kekacauan yang kubuat
And it haunts me every time I close my eyes
Dan menghantuiku setiap aku menutup mataku

It all just sounds like
Itu semua terdengar seperti
Too young, too dumb to realize
Terlalu muda, terlalu bodoh untuk sadar
That I should've bought you flowers
Bahwa ku seharusnya bawakan kau bunga
And held your hand
Dan menggenggam tanganmu
Should've gave you all my hours
Seharusnya berikan kau semua waktuku
When I had the chance
Saat masih ada kesempatan
Take you to every party
Mengajakmu ke setiap pesta
'Cause all you wanted to do was dance
Karena yang kau inginkan hanyalah berdansa
Now my baby's dancing
Sekarang kekasihku berdansa
But she's dancing with another man
Tapi berdansa dengan orang lain

Although it hurts
Meskipun menyakitkan
I'll be the first to say that I was wrong
Aku kan jadi yang pertama untuk mengaku salah
Oh, I know I'm probably much too late
Aku tahu aku mungkin sangat terlambat
To try and apologize for my mistakes
Tuk mencoba dan minta maaf atas salahku
But I just want you to know
Tapi aku hanya ingin kau tahu

I hope he buys you flowers
Kuharap dia belikan kau bunga
I hope he holds your hand
Kuharap dia menggenggam tanganmu
Give you all his hours
Berikan kau semua waktunya
When he has the chance
Saat masih ada kesempatan
Take you to every party
Mengajakmu ke setiap pesta
'Cause I remember how much you loved to dance
Karena aku ingat betapa kau suka dansa
Do all the things I should have done
Lakukan semua hal yang seharusnya kulakukan
When I was your man
Saat aku jadi kekasihmu
Do all the things I should have done
Lakukan semua hal yang seharusnya kulakukan
When I was your man
Saat aku jadi kekasihmu


Rabu, 26 Agustus 2015

sayang, masih kah kita memiliki tujuan yang sama?

Jarak bukan lagi musuh terbesarku, justru kini jarak menjadi teman akrabku.


Dari awal kamu sudah mengatakan bahwa kita berbeda. Kita tak seperti pasangan yang setiap kali bisa berdua. Ketika aku memilihmu menjadi “teman perjalanan”, aku harus mengambil resiko untuk (sering) tak bisa bersama. Awalnya ini sulit untuk aku lakukan. Namun pada akhirnya, jarak telah aku kalahkan. Jarak yang dulunya menjadi momok bagi ku, kini telah menjelma menjadi teman. Memang harus aku akui, jarak bukan lagi jurang pemisah, jarak itu jembatan. Media yang membantu kita untuk tetap menjalin hubungan.

Sayang, aku tak perlu menjelaskan lagi bukan? Dalam hal menunggu, aku tak terkalahkan.


Kita bukan pasangan yang baru saja jatuh cinta. Ribuan hari sudah kita lewati bersama. Tak hanya hari-hari penuh kesenangan, tapi juga pertengkaran yang membuat kita semakin dewasa. Seperti yang pernah aku katakan padamu sebelumnya, antara kita memang harus ada yang berlari meraih mimpi, sedang yang lain harus sabar menunggu dan mengatur langkah kaki. Sudah ku putusan, kamu lah yang akan berlari dan aku yang menanti. Mungkin kamu bertanya kenapa aku tak juga ikut berlari. Maka, ku katakan padamu, “ Ini waktu mu berlari, meraih mimpi. Dan nanti ketika sudah waktu mu berhenti, aku akan menjadi tempatmu pulang kembali. Kemudian, bergantian aku yang lari. Dengan mu ada disisi.”

Harusnya kamu tak lagi ragu. Hampir dua tahun aku menemani perjuanganmu dan menunggu. Selain menggerutu, menunggu adalah keahlian terbaikku. Jadi, apa kamu masih sangsi pada keseriusanku?

Bukankah selama ini kita berjuang untuk sebuah penyatuan sakral bernama pernikahan?

Sudah tak terhitung lagi berapa banyak masalah yang menerpa. Tak ayal membuat semua itu membuat kita terjatuh hingga ingin menyerah. Bersyukur semua bisa kita atasi bersama tanpa ada yang merasa terluka.

Hubungan kita bukan tak berarah. Semakin lama bersama, justru membuat kita yakin kemana ini akan mengarah. Seperti halnya pohon yang semakin tinggi semakin kencang angin yang menerpa. Begitu juga kita, semakin lama bersama semakin banyak pula kita dihadang masalah. Tapi aku, tak akan pernah kenal kata menyerah.


Memang tak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Hubungan ini semakin tak ku mengerti. Aku selalu berjuang berulang kali, lalu apa kamu disana juga memperjuangkan ku tanpa henti?

Sayang, apa kita masih ada harapan? Aku ingin kita segera berlabuh menuju penyatuan sakral bernama pernikahan. Mungkin aku terlalu sedikit memaksakan. Tapi, karena itu lah selama ini kita berjuang, bukan?

Kamis, 16 Juli 2015

selamat hari raya, nenek.


matanya yang indah, namun agak meredup. senyumnya yang manis dengan beberapa kerut wajah yang mulai sangat terlihat di umurmu yang senja. tanganmu yang melemas seakan selalu menceritakan, bahwa dari tangan itu lah, engkau membesarkan kedua orang tuaku hingga sekarang.

nenek, sosok wanita terhebat kedua yang pernah ku kenal selain ibu. kenapa begitu? karna dari semua cerita yang kudapat dari nenek, sekarang aku jadi mengerti, bagaimana perjuangan orang tuaku, keinginan orang tuaku, pun susahnya melahirkanku hingga membesarkanku sampai sekarang ini. singkat memang, sangat singkat perbincanganku dengan nenek. dulu, mungkin aku sering bercerita dengan nenek, tapi tidak sedewasa sekarang. saat aku mulai senang memiliki teman cerita seorang nenekku sendiri, mengerti hal-hal yang orang dewasa maksud, bercerita tanpa batas, layaknya dua orang dewasa yang saling bertukar pikiran, bukan sekedar seorang nenek yang menasihati cucunya yang bandel.

"kamu tuh ya, nggak kapok-kapok berantem terus sama ayahmu. kamu udah besar, qi. dengerin kalo ayahmu ngomong, jangan ngelawan. nenek tau, kamu merasa udah besar dan nggak mau dianggap anak kecil. tapi inget, orang besar yang sebenarnya itu orang yang bisa selalu menjadi anak-anak dihadapan orang tuanya." entah kapan kata-kata itu terlontar dari mulut nenek, tapi rasanya kata-kata itu selalu tertanam dipikiranku hingga detik ini. banyak sekali nasihat nenek yang selalu aku bantah dengan berkata "nenek nggak ngerti posisi aku kayak gimana, nenek nggak akan pernah ngerti." dan sekarang, aku yang merasa tidak pernah mengerti apa keinginan baik yang selama ini nenek berikan padaku.

nek, apa kabar disana? apakah indah? apakah seindah cerita tentang surga yang dahulu sering nenek ceritakan padaku? astaga, aku kangen nenek. kangen pada seseorang yang suka bertamu secara mendadak kerumahku, iya, nenek memang memiliki khas yang aneh. kangen cerita nenek tentang masa penjajahan, hingga cerita kenakalan orang tuaku. kangen nasihat nenek yang selalu kubantah dan kusesali hingga detik ini. kangen ciuman hangat di kedua pipiku yang selalu engkau lakukan saat aku hendak pulang dari setiap pertemuanku dengan nenek. aku ingat dulu, saat aku kecil aku selalu marah saat nenek akan mencium pipiku dengan alasan mulut nenek bau. tapi sekarang, aku sangat merindukan hal itu. jika bisa, aku ingin nenek melakukan itu tanpa henti berhari-hari.

selamat hari raya, nenek. aku selalu merinding, terkadang sampai meneteskan air mata diatas sajadahku saat aku mengingat bahwa tahun ini adalah hari raya pertamaku tanpa seorang nenek. seorang yang selalu menjadi prioritas utama keluarga kecilku saat hari raya datang, walau hanya sekedar berkunjung, meminta maaf dan berkumpul bersama keluarga ayah dirumah nenek. tapi sekarang, rasanya pasti berbeda. sebelumnya, kita semua berkumpul dan meminta maaf dihadapan nenek. mulai sekarang dan seterusnya, mungkin kita akan berkumpul di depan salah satu ribuan dari gundukan tanah yang terdapat dalam komplek pemakaman keluargaku di daerah parung. sedih memang jika mengingat setahun lalu, kita masih bisa berbuka puasa bersama dan bermaaf-maafan saat hari raya tiba. kini, semua hanya cerita semu dalam ingatanku. cerita yang selalu menjadi kenangan indah masa laluku bahwa aku pernah memiliki seorang nenek yang hebat dalam hidupku.

malam ini takbir baru saja berkumandang dirumahku, nek. insya allah, besok kita sekeluarga akan melaksanakan lebaran yang pertama kalinya tanpa nenek. nenek bahagia terus ya nek, besok insya allah, kita sekeluarga, ayah, ibu, om, tante dan cucu-cucu nenek akan berkumpul di rumah baru nenek. udah dulu ya nek, sampai bertemu besok ya. assalamualaikum☺

selamat hari raya, nenek.

Jumat, 10 Juli 2015

bukan aku, tapi kamu.

Satu minggu ditambah satu hari. Begitu singkat perkenalan kita, tapi ternyata semua telah melekat, termasuk cinta? Kamu tak percaya? Tentu saja. Kamu selalu tak percaya pada perasaanku. Kamu lebih memercayai persepsimu sendiri. Kamu menjunjung tinggi pengetahuanmu. Padahal, kalau boleh jujur, aku tak pernah berbohong jika berkata rindu yang bukan semu itu.Tiga hari setelah perpisahan kita. Semua begitu berbeda. Entah mengapa meskipun aku belum benar-benar mengenalmu, sudah lahir saja rindu yang sulit kuatasi. Aku mencari-cari kamu dengan menggunakan apapun. Aku mengharapkan beritamu mampir walaupun sekadar cerita atau mitos semata. Kudengar, kamu sakit, ya? Cepat sembuh, ya. Maaf jika aku tak berperan aktif untuk menyembuhkan sakitmu, karena kamu telah memutuskan kebersamaan kita dan tak lagi ingin melihat aku dalam tatapan matamu. Aku bertanya-tanya, apa salahku?Untuk Cahaya Penunjukku, aku kebingungan melawan resah dan kangen. Aku berusaha tak memikirkan kamu dan kenangan-kenangan kita dulu, tapi semakin kulawan; semakin kauhadir dan melekat. Perpisahan harusnya tak terlalu menghasilkan sakit karena perkenalan kita belum terjalin begitu lama. Aku hanya menyesal, mengapa semua yang kupikir akan berakhir bahagia malah berakhir secepat itu? Satu helaan napasku memburu, kucuri kamu dalam otakku. Kamu tetaplah bayang-bayang, menghamburkan harapan, kemudian menghempaskan.Aku melirik ke belakang, melihat dan mengingat apa saja yang pernah kita lakukan. Aku ingat ketika kamu memerhatikanku dengan baik dan peduli. Aku merekam segala rasa cemasmu ketika aku bercerita tentang wanita lain. Aku mengenang rangkulan dan gandengan tanganmu yang kurasakan pertama kali. Rasanya, aku tak cukup kuat untuk mengembalikan segalanya kembali seperti awal perkenalan kita.Aku menunggu saat kita bisa bertemu lagi, saling menumbuhkan rasa percaya juga cinta. Aku menunggu kamu datang, membawa pelukan juga rindu yang kaupendam. Mungkinkah kaupunya rindu sedalam dan seluas yang kusimpan? Mungkinkah kaupunya cinta dan sayang sekuat dan seindah yang kupunya? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Kamu begitu sulit kutebak, tapi aku mencintai segala teka-tekimu. Kamu hadir di saat yang tepat, saat aku membutuhkan perkenalan tanpa keribetan, saat aku menginginkan wanita humoris di sampingku. Aku menemukan sosok wanita idaman dalam dirimu, tapi sepertinya aku bukanlah sosok yang kauinginkan. Aku terlalu buruk untukmu. Aku tak ingin wajah cantkkmu bersanding dengan laki-laki serendah aku. Kamu terlalu sempurna untuk kugapai dan aku hanyalah si buruk rupa yang merindukan takdir indah.Sayang, aku menunggu kamu pulang. Kepulanganmu adalah kebahagiaan bagiku. Aku menunggu kamu berbalik arah dan kembali berjalan ke arahku. Aku mulai mencintaimu dan kurasa kamu juga begitu. Kamu selalu berkata cinta, mengucap rindu, dan tersenyum ke arahku dengan wajah manis. Cukupkah segala alasan itu menjadi dasar penilaiku, bahwa kaujuga mencintaiku? Memang terlalu tergesa-gesa menyebutnya cinta, tapi izinkan aku bilang bahwa cinta pun bisa datang bahkan tanpa aku meminta.Ketika berkenalan denganmu, aku tak minta banyak hal selain pertemanan. Tapi, kau membuka mataku dan mengecup manis anganku, hingga aku merasa nyaman jika berada di dekatmu. Jika perasaan itu makin tumbuh, salahkah aku? Maaf, jika aku terlalu berharap banyak. Maaf, jika aku tak bersikap sadar diri ataupun memilih pergi.Aku menunggumu sampai datang. Pulanglah, Sayang. Jangan pergi lagi. Aku menunggumu sampai waktu tak izinkan kita bersatu.

Rabu, 08 Juli 2015

tepat hari ini, enam belas bulan.





enam belas bulan, tidak terasa ya? aku masih merasa bahwa kemarin kita baru bertemu, pertemuan tak terduga enam belas bulan yang lalu. pendekatan kita memang tidak terlalu lama, awal pertemuan kita pun, saat itu, aku masih berada dalam genggaman tangan orang lain. oke, singkat kata singkat cerita: aku putus, sendiri, jomblo, ngenes, miris, sedih, galau.

mayang sari. iya, beberapa teman-teman sekelasku menyebut namanya seperti itu. seorang wanita lugu, pemalu dan pintar yang selalu tertutup di depan semua laki-laki. terutama pada kakak kelasnya, termasuk aku.

"bro, lo tau mayang sari?" tanya salah seorang temanku saat itu.
"tau, kenapa dia?" balasku, cuek.
"cakep nggak? gue lagi bman sama dia nih!"
"enggak, biasa aja." jawabku singkat saat itu.

hari berganti minggu, minggu berganti bulan. kemudian aku menjilat mentah-mentah ucapanku sendiri, aku mulai tertarik denganmu. aneh memang, perkenalan kita tidak sulit, hanya tidak sengaja bertemu, bercanda, ngobrol, lalu lengket. sampai detik ini pun kita masih tetap, lengket.  hari itu: minggu, 09 maret 2014. kita menyempatkan waktu kita untuk sekedar berjalan-jalan dan bertukar pikiran bersama. di tempat ini, taman margasatwa ragunan. kebun binatang yang berisi banyak sekali hewan di daerah jakarta ini menjadi tempat yang sangat bersejarah dalam cerita kita. awalnya, aku hanya berfikir untuk sekedar berjalan dan menghabiskan waktu bersama. tapi entah, mengapa aku merasa bahagia, menggandeng tanganmu, berjalan disampingmu, untuk pertama kalinya. sore itu, kita saling mengaitkan kelingking kita sambil berjanji untuk mencoba menjalani semuanya bersama mulai hari ini: minggu, 09 maret 2014.

***

"kamu kalo pakai hijab, pasti keliatan makin cantik deh. mau coba endak?" tanyaku disela-sela percakapan chat bbm kita.
"mau sih, tapi belum siap ah." jawabmu singkat. memang, berhijab itu membutuhkan keputusan yang benar-benar mantap.
saat ini aku sedang berada di jogja, kota seribu kenangan. kota penuh cinta, dimana semua orang yang pernah sekali mendatangi pasti kelak akan rindu dan ingin sekali kembali kesini. astaga, gue kangen jogja;')

di jogja ini aku berlibur, sekalian publish buku pertamaku. iya, #SelaluSalah. pada nggak tau ya? yaudah gapapa, emang nggak penting kok. back to topic, beberapa hari kemudian aku pulang kembali ke kota kelahiranku, depok. kota kecil yang terbilang sangat cepat dalam pertumbuhan penduduknya. malam harinya, setelah beberapa minggu tak jumpa kita berjanji bertemu. seperti biasa, aku mengirim pesan bbm bahwa aku sudah sampai depan rumahmu. tapi, ada yang berbeda darimu, kain itu, kain yang menutupi rambutmu, menutupi sebagian auratmu, oh tuhan, kamu terlihat cantik sekali. sekali lagi, malam itu, aku kembali jatuh cinta padamu. pada dirimu yang baru, tentu saja, dengan dirimu yang mengenakan hijab itu.

"kenapa sih ngeliatnya gitu banget, jelek ya?" tanyamu sambil menutupi wajahku dengan tanganmu yang mungil.
"jelek? astaga, cuma orang bego yang bilang kamu jelek!" ucapku, masih tetap terpana melihat penampilanmu.

mulai dari malam itu, aku semakin jatuh cinta padamu karena allah. oke, ini serius.

***

pashmina, nama kain hijab panjang dan lebar dengan berbagai motif menarik yang dapat dikenakan dengan berbagai model. entah mulai kapan kamu mulai mengenakan pashmina itu, tapi aku melihat banyak sekali model-model baru yang selalu kamu kenakan ketika kita hendak pergi ke suatu tempat bersama. tentu saja, kamu terlihat cantik, sangat cantik. hingga sekarang, hari ini, saat kamu membaca tulisan ini. aku mohon, teruslah seperti ini, seindah ini, semanis ini. jangan berubah, jangan pernah.

***

jalan-jalan? oh iya, selama ini banyak sekali tempat-tempat yang telah kita kunjungi bersama, mulai dari yang modal nekat, sampai tempat yang bikin kita sampai kebawa mimpi. kita memang berbeda dari yang lain, berbeda sekali. dimana orang-orang menghabiskan waktu bersama di mall, kita malah asik bercanda di berbagai taman sekitar kota. dimana orang-orang sibuk pergi ke bioskop untuk menonton film, kita malah sibuk kesana-kesini cari tempat hunting untuk mengumpulkan kenangan. dimana orang-orang makan enak di solaria, mcd atau kfc, kita masih saja setia membeli pecel ayam buatan ibu yang entahlah siapa namanya itu. iya, kita berbeda dari yang lain.

enam belas bulan, banyak sekali kenangan yang jika di tulis, mungkin siang-malam pun belum selesai juga di selesaikan. tapi intinya, aku bahagia denganmu, bersamamu.

tetaplah bersamaku
jadi teman hidupku
berdua kita hadapi dunia
kau milikku milikmu
kita satukan tuju
bersama arungi derasnya waktu

bila di depan nanti
banyak cobaan untuk kisah cinta kita
jangan cepat menyerah
kau punya aku
ku punya kamu 
selamanya akan begitu

love,

akunya kamu.

Senin, 06 Juli 2015

DENGER YA, BAR!

Denger ya! Aku tidak tau kenapa sudah seminggu kamu pergi, aku masih saja belum melupakanmu. Kamu pikir setelah seminggu aku akan lupa sama kamu? Memangnya aku amnesia apa? Mana aku juga masih terus bertanya-tanya. Kenapa. Kenapa. Kenapa. Pertama, kenapa juga kamu mesti pergi? Kenapa coba?
          "Deb, aku ma pergi bareng temen-temen ya sabtu ini ke bromo, bareng teman-teman."
          "Hah? Aku ikut kan?"
      Kamu menggeleng saat itu. Aku langsung merasa dicampakkan. Bagaimana bisa, Bar? Semua orang juga tau di mana ada Debby, di situ ada Akbar. Kita tak terpisahkan. Mana aku sedang merencanakan liburan panjang ini, ya sebulan, kita akan berdua terus. Mungkin kita bisa jalan-jalan bareng, atau banyak mengobrol dengan keluarga masing-masing.
          "Kenapa aku nggak kamu ajak, Bar?" Tanyaku antara sedih dan kesal.
          "Ya, aku kan pengen banget j alan bareng temen-temen aku."
          "Tanpa aku?"
          "Bukannya aku nggak mau, Deb.. tapi.. kali ini.."
          Kamu terdiam. Aku mulai menangis.
          "Kamu selalu ajak aku, kenapa kali ini enggak, Bar?"
          Kamu memeluk aku. "Kali ini, khusus aku dan teman-teman."
          Saat itu aku coba mengingat jejeran teman kamu. Oke, ada Sandy, Tio, dan Rama.
          "Sandy, Tio, dan Rama?"
          Kamu mengangguk. "Ramalasane-rame kok, ada juga si Desi.."
         What? Tunggu dulu. Ada Desi? Aku pikir ini "boys only"  Akbar ini pergi bersama gerombolan teman-teman cowoknya. Tapi kok tiba-tiba dia menyebut nama Desi, sahabatku?
       Aku langsung memotong ucapannya, "maksud kamu apa ajak-ajak Desi, tapi aku nggak diajak? Maksud kamu apa?"
          "Ngg.. ya nggak ada maksud.."
         "Nggak ada maksud? Kamu sengaja ya? Sengaja kasih tau ini supaya aku kesal? Apa kamu udah bosan sama aku? Mau putusin aku ya?" Teriakku.
    Orang-orang mulai berkumpul dan berbisik-bisik. Lalu, nama teman-temannya yang tersebutkan tadi tampak dari kejauhan. Aku lihat sorot mata mereka yang seakan mengejek, seakan mengatakan aku bukan bagian dari tim.
          "Deb.. denger dulu.."
          "Cukup! Aku nggak mau dengar! Denger ya, Bar, aku tau maksud kamu!"
          Aku lalu membalikkan badan dan berlari kencang. Pacarku baru saja memutuskanku.
          "Deb, kamu kok drama gitu?" Desi berusaha memegang tanganku.
          Aku mengibaskan peganganya dan memicingkan mata. "Jangan pura-pura deh, Des!"
         "Debbyyyyyy!!!" Teriakmu.
         Ngapain panggil-panggil aku? Fine, kamu mau pergi bareng teman-teman kamu. I GOT IT.

***

       Aku ingin ikut terjun masuk ke liang lahat itu. Ingin bersatu denganmu. Tapi niat itu aku urungkan, Bar. Aku melihat mama kamu menangis meraung-raung. Masa aku lebih histeris dibanding ibumu sendiri? Apalagi kita sudah putus.
      Tapi terus terang aku masih merasa bagian dari kamu. Ketika teman-teman datang  memeluk dan mencium pipiku ikut berbela sungkawa, aku masih merasa jadi pacarmu.
     Kenapa, Bar. Kenapa kamu mesti pergi. Bahkan sebelum kamu mencapai bromo. Mungkin kalau kamu menghilang, tidak ditemukan jasad kamu, aku bisa bilang kamu menghilang di tengah misteriusnya kawah bromo. Seperti layaknya pendaki atau penjelajah yang gagah berani. Tapi kamu meninggal sebelum pergi. Kamu terjatuh dari motor, dalam perjalananmu ke rumah Desi.. uh, ya, Desi. Mungkin itu alasan aku tidak akan ikut terjun ke liang lahat itu dan aku berusaha tegar karena nama perempuan sahabat. Eh, mantan sahabatku itu. Aku lalu terburu-buru menghapus air mataku dan meninggalkan kamu sendiri di kegelapan abadi. Kamu pantas untuk itu!

***

          Kriiing... Kringgg..
          Klik!
       Aku mematikan setiap panggilan telepon yang datang dari Desi, entah itu nomor HP Desi atau nomor telepon rumah Desi. Tidaklah cukup ia merebut pacar orang? Tidak cukupkah dia menyakiti hatiku? Sudah puaskah dia sekarang karena tidak satu pun yang berhasil mendapatkannya? Mungkin tuhan mendengar rintihanku, cowokku itu diambil sebelum berlama-lama direbut orang yang kupercaya, sahabatku sendiri.
          Debby, gw pgn ngmng. Ngomong apa lagj yang mau diomongin?
          Aku tidak membalas sms itu. Eh dia melanjutkan dengan pesan: penting bgt!
        Penting, penting. Apa yang lebih penting dibandingkan hatiku yang patah. Oh, bukan sekedar patah, tapi berkeping-keping. Hancur. Hilang. Habis. Hampa.
        Bayangkan. Setiap pagu sejak kami jadian setahun lalu, Akbar menjemputku dengan motor satra merah biru kebanggaannya. Setiap hari ia bersamaku, mengantar-jemput, ke sekolah, ke les fisika, ke pensi, ke mana-mana. Aku dan Akbar, tidak terpisahkan. Sampai kejadian sore itu, saat dia menyebutkan nama teman-temannya, plus nama Desi. Bayangkan, nama Desi disebut. Desi diajak ke bromo dan aku yang, tolong catat: ceweknya, tidak. Desi memang musuh dalam selimut. Pura-pura bilang Akbar cowok paling oke buat aku dan mau dengerin curhatanku. Huh!
     Sejak itu, hariku berubah. Ketika Akbar datang dengan motor kebanggaannya, aku tidak keluar. AKu tau itu cowok yang berani menghianatiku dengan mengajak sahabtku pergi jalan-jalan. Lalu siangnya, Akbar tidak mengajaku pulang, cukup jelas bukan? Dia juga tidam muncul di depan pagar rumahku. Dan, sejak itu kegiatan rutin bersekolahku jadi total berbeda. Cukup dua hari begitu, aku pun meliburkan diri. Biarin aja. Liburan tinggal beberapa hari lagi. Ya, liburan semester yang panjang dimana Akbar mengajak Desi. Apa lagi yang lebih penting dari itu?

***

         Denger ya, Bar. Air mata aku habis terkuras. Kenapa aku masih menangisi kamu, sementara kamu, sementara kamu sudah tidak mendengar. Karena cuma itu yang bisa melegakan diriku. Aku tentu saja nggak bisa mendatangi nisanmu setiap hari dan menaburkan bunga. Berlebihan bukan? Oh, mungkin ritual itu sudah dilakukan Desi, bukan?
          "Debby, kamu masih juga betah di kamar, sayang?"
          Aku menengok. Mama.
          "Mama nggak bisa ketok pintu dulu?" Tanyaku kesal.
          "Tadi mama ketok berulang kali tapi kamu nggak dengar."
          Mungkin, Bar. Kupingku jadi budeg, karena otakku cuma memikirkan kamu! Ngapain coba?
          "Maaf ma."
          "Liburan kok nggak jalan-jalan?"
         Terima kasih ma, untuk mengingatkan. Liburan yang menyedihkan. Pertama, oh mungkin mama belum tau yang pertama soal Akbar, soal Akbar mengajak Desi ke bromo. Yang kedua, mama tentu tau soal Akbar meninggal. Aku bergumam hati.
        Mama menarik napas panjang lalu menjulurkan tangan kanannya, menyerahkan amplop biru. 
          "Barusan Desi datang kasih ini."
          Aku menatap mama kesal. "Kan Debby sudah bilang, Desi bukan lagi sahabat Debby. Dia itu musuh terbesar. Oke, in case mama nggak tau. Desi ngerebut cowok Debby, Akbar. Egois! Tuhan mungkin tau Debby sedih banget, jadi Akbar diambil nyawanya."
          "Debby!" Mama membentak. Aku berlinang air mata.
         "Siapa yang egois? Desi? Mungkin ada baiknya kamu berlama-lama di kamar ini . Biar kamu sadar apa yang kamu ucapkan atau lakukan ke mama, atau yang lebih penting ke sahabtmu. Desi."
          "Desi bukan sahabtku!" Sahutku membenarkan diri.
          "Terserah, tapi Desi datang pun cuma menyampaikan amplop ini. Amanah ini."
    Mama meletakkan amplop biru persegi diatas tempat tidurku dan menbalik badan meninggalkan kamarku tanpa bersuara. Aku memandang amplop itu. Uh, buang saja! Paling dari Desi, tapi pura-pura dari orang lain. Paling dia mau berpanjang-panjang minta maaf. Buktinya dia sudah berhasil meracuni otak mama. No away!
        Saat aku meraih amplop itu dan hendak menyobek-nyobeknya.. terlihat tulisan: Debby.. hm.. sepertinya tulisan.. masa iya? Aku langsung lemas. Aku mengumpulkan sisa tenaga membukanya dengan gemetar..

Debby,
Terkadang cinta membutuhkan sendiri
Waktu hampa untuk menyadari
Rasa dalam hati

Sore itu Debby,
Aku menyadari hari-hari
Bersamamu dari pagi, sore, hingfa pagi lagi
Kamu dan aku kesana kemari
Berdua, lengket, layaknya sejoli

Aku membutuhkan aku, ya diriku sendiri
Menyepi, oh mungkin tidak sendiri
Tapi bersama teman-teman lain yang terlupakn untuk disyukuri
Bahwa mereka ada di bumi ini
Bukan cuma ada aku dan kamu: Akbar-Debby

Ada Sandy, Tio, Rama. Bukan cuma Desi, ada Diah dan Rini
Banyaknya! Manusia-manusia di sekeliling ini
Berkumpul bersama mereka nanti
Menikmati kebersamaan, hingga puas berkreasi
Menelaah hidup warna-warni

          (Aku nggak pinter bikin puisi, Debby. Aku nggak tau caranya. Inget! Aku bukan mengusirmu pergi, tapi justru membawamu dalam hati setiap ruang sendi. Pacaran nggak berarti aku harus "mati" kan? Pacaran nggak berarti kita egois, "Dunia ini milik kita berdua, yang lain mengontrak." Hehehe.. seyum dong, Deb :) aku juga punya teman-teman, aku i ingin berkegiatan. Berilah aku ruang untuk bersama teman-teman aku, Debby. Sendiri. Lalu kembali, rindu padamu. Melebur bersamamu lagi. Bersatu kembali, dalam satu hati :)


            Love,

            Akbar. 

Minggu, 05 Juli 2015

CINTA CINTA CINTA

oh.. how i love friday. and you.

kalau kangen itu diumpamakan benda, apa ya? hmm.. kwaci? ingin, lagi dan lagi. asin di bibir.

oh apa kangen itu blackberry? beli mahal-mahal, seringnya error atau gak ada sinyal, kadang dibanting, dan bisa hilang. harus ada kalau gak dicari.

ah apa kangen itu bantal ya? terlena, terkena iler sampai mimpi.

bisa jadi kangen itu kursi. diduduki. menahan beban diri.

mungkin juga kangen itu kopi. hitam, pekat, candu, terjaga malam-pagi.

ah, atau kangen itu rokok? susah berhenti?

the color of love is blue. blue valentine.

lelah aku. di dadamu. kutinggal disitu.

kamu. jangan cemburu. mereka.bisa memintaku. tapi aku di genggamanmu. jangan lepas aku. 

aku. diulang: aku. yang kamu mau. pejamkan mata dan kau rasa pilu. menerawangku. 

kamu di angan rindu. terekam langit syahdu.

i love you.

i love you.

i love you.