Lalu setelah ini kita akan terus bersama. Terserah bagaimana mereka akan memandang kita, atau bahkan menendang kita. Cukup kita yang tahu rasanya.
Kamis, 16 Juli 2015
selamat hari raya, nenek.
matanya yang indah, namun agak meredup. senyumnya yang manis dengan beberapa kerut wajah yang mulai sangat terlihat di umurmu yang senja. tanganmu yang melemas seakan selalu menceritakan, bahwa dari tangan itu lah, engkau membesarkan kedua orang tuaku hingga sekarang.
nenek, sosok wanita terhebat kedua yang pernah ku kenal selain ibu. kenapa begitu? karna dari semua cerita yang kudapat dari nenek, sekarang aku jadi mengerti, bagaimana perjuangan orang tuaku, keinginan orang tuaku, pun susahnya melahirkanku hingga membesarkanku sampai sekarang ini. singkat memang, sangat singkat perbincanganku dengan nenek. dulu, mungkin aku sering bercerita dengan nenek, tapi tidak sedewasa sekarang. saat aku mulai senang memiliki teman cerita seorang nenekku sendiri, mengerti hal-hal yang orang dewasa maksud, bercerita tanpa batas, layaknya dua orang dewasa yang saling bertukar pikiran, bukan sekedar seorang nenek yang menasihati cucunya yang bandel.
"kamu tuh ya, nggak kapok-kapok berantem terus sama ayahmu. kamu udah besar, qi. dengerin kalo ayahmu ngomong, jangan ngelawan. nenek tau, kamu merasa udah besar dan nggak mau dianggap anak kecil. tapi inget, orang besar yang sebenarnya itu orang yang bisa selalu menjadi anak-anak dihadapan orang tuanya." entah kapan kata-kata itu terlontar dari mulut nenek, tapi rasanya kata-kata itu selalu tertanam dipikiranku hingga detik ini. banyak sekali nasihat nenek yang selalu aku bantah dengan berkata "nenek nggak ngerti posisi aku kayak gimana, nenek nggak akan pernah ngerti." dan sekarang, aku yang merasa tidak pernah mengerti apa keinginan baik yang selama ini nenek berikan padaku.
nek, apa kabar disana? apakah indah? apakah seindah cerita tentang surga yang dahulu sering nenek ceritakan padaku? astaga, aku kangen nenek. kangen pada seseorang yang suka bertamu secara mendadak kerumahku, iya, nenek memang memiliki khas yang aneh. kangen cerita nenek tentang masa penjajahan, hingga cerita kenakalan orang tuaku. kangen nasihat nenek yang selalu kubantah dan kusesali hingga detik ini. kangen ciuman hangat di kedua pipiku yang selalu engkau lakukan saat aku hendak pulang dari setiap pertemuanku dengan nenek. aku ingat dulu, saat aku kecil aku selalu marah saat nenek akan mencium pipiku dengan alasan mulut nenek bau. tapi sekarang, aku sangat merindukan hal itu. jika bisa, aku ingin nenek melakukan itu tanpa henti berhari-hari.
selamat hari raya, nenek. aku selalu merinding, terkadang sampai meneteskan air mata diatas sajadahku saat aku mengingat bahwa tahun ini adalah hari raya pertamaku tanpa seorang nenek. seorang yang selalu menjadi prioritas utama keluarga kecilku saat hari raya datang, walau hanya sekedar berkunjung, meminta maaf dan berkumpul bersama keluarga ayah dirumah nenek. tapi sekarang, rasanya pasti berbeda. sebelumnya, kita semua berkumpul dan meminta maaf dihadapan nenek. mulai sekarang dan seterusnya, mungkin kita akan berkumpul di depan salah satu ribuan dari gundukan tanah yang terdapat dalam komplek pemakaman keluargaku di daerah parung. sedih memang jika mengingat setahun lalu, kita masih bisa berbuka puasa bersama dan bermaaf-maafan saat hari raya tiba. kini, semua hanya cerita semu dalam ingatanku. cerita yang selalu menjadi kenangan indah masa laluku bahwa aku pernah memiliki seorang nenek yang hebat dalam hidupku.
malam ini takbir baru saja berkumandang dirumahku, nek. insya allah, besok kita sekeluarga akan melaksanakan lebaran yang pertama kalinya tanpa nenek. nenek bahagia terus ya nek, besok insya allah, kita sekeluarga, ayah, ibu, om, tante dan cucu-cucu nenek akan berkumpul di rumah baru nenek. udah dulu ya nek, sampai bertemu besok ya. assalamualaikum☺
selamat hari raya, nenek.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar